jump to navigation

Bike To Work Community Malang June 30, 2008

Posted by danoe87 in Daily Journal, Hobi.
Tags: ,
15 comments

Minggu kemaren sebelum ke Koran Pendidikan mampir dulu di Perpustakaan Pusat Unibraw buat ngetes Wlan si Laptop sialan dan ternyata bisa… sambil sedikit2 browsing (Si tango biru aku parkir di paving pejalan kaki depan perpustakaan) terus datang 3 orang biker dan mereka berbincang-bincang di belakangku sambil sesekali ngelihat sepeda mereka (bawaannya ga tahan kalo ada sepeda nangkring) sambil sok jaim (hehehe penyakit paling kronisku) tiba2 salah satu dari mereka bilang “mas – mas…. itu sepedanya ya?” dasar aku ga ngeh sampe tuh orang 3 kali manggil baru aku jawab “eh.. iya”, “ini kami dari komunitas Bike To Work nawarin buat gabung komunitas masnya biasa naik sepeda kan?”, langsung aku jawab “iya kemana2 naik sepeda eh.. di Malang ada ta B2W ?” (sebetulnya sih penasaran B2W malang dimana soalnya pernah ngeliat sepeda yang ada label B2Wnya 🙂 ) “iya mas baru aja setelah kenaikan BBM kemaren ini formulirnya silahkan diisi”. Akhirnya ngisi deh formulir yang disodorin dan langsung dapat label B2W dari masnya sekarang dah nangkring di bawah sadelku hehehe…

setelah itu kami berpisah dan saya lanjut ke Koran Pendidikan

Open Suse 11 on Laptop sialan… June 30, 2008

Posted by danoe87 in Daily Journal, Teknologi Informasi.
Tags: , ,
4 comments

Kenapa laptop sialan karena nih laptop ga ada beres2 nya sama sekali. dah diinstal fedora 9 berulang-ulang sampai downgrade ke fedora 6 adaaa aja masalahnya.tapi ini laptop siapa ya… ?

Alkisah ada seorang teman yang sangat tertarik ke jaringan dan meminta laptopnya yang hampir terlupakan gara2 ga pernah dipake (Toshiba Satellite A45-S150) sampe dia punya laptop baru (dasar orang kaya….) maka diinstallah fedora 6 trus upgrade ke fedora 9 gara2 ngetes perl buat tugas Manejemen Jaringan dari situlah masalah demi masalah terjadi sempat juga kepirkiran pake Ubuntu tapi ga jadi soalnya yang punya ga berminat di Ubuntu. Setelah sekian lama laptopnya ga diurus sama yang punya jadilah saya baby siiter nih laptop yang tiap hari setia gimana caranya ngebuat laptop ini bisa jalan dengan semestinya

Suatu saat dirilislah OpenSuse 11 dan kebetulan teman2 Komunitas Linux Malang minta download file isonya setelah download iseng2 diinstall aja di laptop ini langsung saya takjub sama keentengan OpenSuse11 dan KDE 4 (grafisnya juga bagus banget, interfacenya yahuud) tapiiii ada masalah lagi.. Xwindownya ga bisa full screen bahkan setelah otak atik display di YAST… aseeem…. akhirnya setelah tanya sana-sini (termasuk Om Google) akhirnya diputuskanlah untuk reconfigure Xorg atas saran dan bimbingan mas Dedy (makasih Bosss… :D) akhirnya selesailah sudah dan sekarang laptop ini bisa running well (dan semoga terus begitu) beserta efek desktop anjriitnya…. ternyata desktop CLI (Command Line Interface) sangat powerfull bisa buat benerin Xwindow hahaha 😀  Thannx God U give me one more knowledge…

Postingan ini ditulis dengan menggunakan laptop sialan….

Simpati Biking Zone Adventure Seri Malang June 29, 2008

Posted by danoe87 in Hobi.
Tags:
add a comment

Minggu 8 Juni yang lalu ikutan acaranya Simpati Biking Zone Adventure Seri Malang. Acara ini diselenggarakan Simpati dalam rangka memperingati 100 tahun Kebangkitan Nasional. Mau daftar ehhh ternyata sudah tutup (sudah habis jatahnya) jadinya yaaa ga terdaftar deh… padahal aku dah narget bajunya (bajunya bagus juga 😦 ) tapi aku datang aja ke lokasi pemberangkatan penasaran sama jalur yang disiapkan peserta soalnya konsepnya Crosss Country. Tapi dasar orang Indonesia jadwalnya jam 6 ehh ternyata Startnya jam 8 karena harus nunggu orang2 pejabat Telkomsel dan Malang hhhhh…

dan dimulailah acara fun bikenya setelah turunan ga lebih dari 15 meter peserta disuguhi jalan aspal menanjak yang cukup panjang alhasil yang ada malah acara nuntun sepeda untung aja aku dah (sedikit) terbiasa tanjakan ala Coban Rais jadinya tancap terus…. dari yang start tengah langsung menyodok ke papan atas. habis aspal langsung ketemu dengan track berbau tanah dan makadam disinilah aku menemukan trik biar rantai sepedaku tidak lepas ketika turunan… setelah 3 kali rantai ku lepas dan jatuh kepereset soalnya track banyak banget turunannya , tanjakannya cuma sekali2 walaupun ada yang curam juga jadinya yaaaa isi air di botolku cuma habis separo…

Kesimpulannya :

  1. Medannya lumayan…
  2. Banyak turunannya ada juga peserta yang bilang turunannya ngeri…. (aku juga ga tau ngeri gimana?)
  3. Banyak liat orang malang bersepeda (ga nyambung ya…

nih fotonya

Kalo Tuhan melawan Manchester United June 8, 2008

Posted by danoe87 in Daily Journal.
Tags: , ,
1 comment so far

Artikel ini saya kutip 100% dari situs jawapos hari minggu 8 Juni 2008 semoga memberi pencerahan kepada kita semua

Menemukan Tuhan di Lapangan Bola

Oleh Agus Noor*

Bila Manchester United bertanding melawan Kesebelasan Malaikat, saya pasti menjagoi MU. Bahkan, bila MU melawan Tuhan, saya pasti juga menjagoi MU. Saya termangu, ketika seorang kawan mengatakan itu.

Anda pun, barangkali, akan langsung mengatakan bahwa itu adalah perwujudan fanatisme yang akut. Sikap takabur. Sebab, bagaimana mungkin melawan Tuhan yang Maha Tak Terkalahkan? Tapi, itu bukanlah kejemawaan kawan saya. Itu, ternyata, lebih merupakan upayanya menemukan jalan untuk memahami Tuhan. Sepak bola dan Tuhan, saya kira memang menarik untuk dibicarakan, ketika sebagian kita dengan penuh pekikan menakbirkan namanya sembari menenteng pedang kekerasan.

Teman saya bilang, “Saya tahu, MU mungkin akan kalah dalam pertandingan melawan Tuhan. Tapi, saya meyakini perjuangan untuk membuktikan itu. Lagi pula, bagaimana kamu sudah begitu yakin kalau Tuhan pasti menang? Bukankah itu artinya kamu memojokkan Tuhan? Artinya, kamu mendahului kehendak Tuhan: memaksakan keyakinanmu kalau Tuhan pasti akan menang! Bagaimana kalau Tuhan ternyata punya kehendak sendiri: Ia dengan kemurahan hati-Nya, mau mengalah dan memberikan kemenangan buat MU?” Bukankah takdir tak akan pernah kita ketahui sampai pertandingan itu berakhir? Maka, katanya, pertandingan sepak bola bisa membuat kita makin memahami Tuhan.

Sir Alex Ferguson, si Setengah Dewa yang “sabda-sabda”-nya nyaris tak terbantahkan di mata “para pengikut”-nya, pada akhirnya menemukan pemahaman soal kehendak Tuhan itu, setelah klubnya memenangi pertandingan final Liga Champions Eropa 2008 melawan Chelsea. Tuhan ikut bermain dalam final itu. “Kemenangan ini adalah takdir,” katanya (bayangkanlah, bagaimana seorang rasionalis yang hidup dalam tradisi pemikiran Inggris yang nyaris tak menempatkan wacana takdir (faith) filosofinya, kemudian seperti tercerahkan dengan hasil pertandingan final itu). Pemenang final tersebut adalah Chelsea. Tapi, Tuhan mengubahnya dengan cara membuat John Terry terpeleset ketika menendang penalti. Ketika itu terjadi, Ferguson tahu bahwa tangan takdir sedang bekerja. Bahwa, Tuhan ternyata ada di lapangan bola.

Momen seperti itu adalah momen keindahan yang bisa bersifat transenden. Keindahan yang melebihi keindahan rumitnya matematika, yang membuat Albert Einstein bisa merasakan bahwa persentuhan dengan yang Ilahiah adalah “keindahan tiada tara, yang tak pernah dapat dimengerti” tetapi “membuat kita tersentuh dan beriman.” Einstein menyatakan, kita tak pernah bakal mengerti Tuhan. Tetapi, justru ketidakmengertian itulah yang membuatnya terus merasa asyik mencari.

Itu juga yang membuat kawan saya bisa tampak yakin ketika menjagoi kesebelasannya. Semacam kegilaan pada suatu keyakinan dan harapan. Saya pun yakin, pada putaran final Piala Eropa kali ini, akan banyak “kegilaan” semacam itu. Kegilaan yang justru akan memperkaya penghayatan kita akan kehendak Tuhan.

Ada seorang kawan lain, yang dalam even bola apa pun (pertandingan antarkampung, Liga Indonesia yang amburadul, sampai Piala Dunia), selalu menjagoi kesebelasan underdog. Pada Piala Eropa ini, dia berani bertaruh untuk Turki dan Austria. “Menjagoi kesebelasan-kesebelasan mapan mencerminkan orang itu pada kemapanan,” katanya.

Pada yang dipinggirkan, yang disepelekan, dia malah berharap akan memperoleh pencerahan dengan adanya “keajaiban.” Seperti “keajaiban” kemenangan Kamerun atas Argentina di Piala Dunia yang kemudian mengubah persepsi publik bola atas peta kekuatan persebakbolaan dunia. Keajaiban, tentu saja, tidak datang setiap kali. Tetapi, di situlah nikmatnya kita meyakini sesuatu.

Sebak bola memang bisa menjadi cara bagi kita untuk meyakini sesuatu. Keyakinan itu boleh jadi meleset, tetapi kemudian kita belajar menerimanya. Ini adalah proses transformasi psikologis yang akan mendewasakan. Sampai tingkat apa psikologisme sebuah bangsa bisa tercermin dari kualitas sepak bolanya. Di sinilah, kita kemudian bisa melihat kedewasaan kita dalam berdemokrasi, yang nyaris belum dewasa menerima kekalahan dengan kerusuhan-kerusuhan sepak bola kita, yang selalu meledak bila klubnya merasa kalah. Kekalahan selalu dilihat sebagai proses kecurangan pihak lawan, bahwa musuh telah menelikung aturan, menyuap para pengadil, seakan-akan para wasit itu memang tak beda dengan para hakim kita yang demen suapan. Kerusuhan-kerusuhan itu adalah wujud keyakinan kita yang tertutup, yang tak punya peluang untuk melakukan transformasi psikologis. Sebab, kita masih sering meyakini sesuatu dengan cara dan sikap yang absolut, seperti ketika meyakini Tuhan kita.

Masih banyak yang begitu yakin bahwa Tuhan harus dibela dengan cara-cara kekerasan. Tuhan yang diyakini seperti ini tentu saja tidak menarik dan akan ditinggalkan. Eropa merasakan itu. Ketika Tuhan menjadi terlalu dogmatis, ********ia tak laku lagi. Maka, orang-orang lebih suka ke stadion ketimbang gereja. Bahkan, sekarang ini, stadion dianggap merupakan perpaduan paling eklektik dari “mal dan katedral”. Stadion adalah gairah industri, seperti juga mal yang jadi simbol gaya hidup. Tetapi, di stadion pula, kita bisa merasakan gairah yang mirip pengalaman religius, di mana tangan takdir -sebagai perwujudan tangan Tuhan- terasa betul “bentuk”-nya. Kehadiran Tuhan seperti bisa terasakan betul, terasa konkret, tidak seperti ayat-ayat yang dikhotbahkan penuh kekosongan.

Maka, bila Anda saat ini sudah mulai terhipnotis oleh keriuhan Piala Eropa, akan lebih berarti jika Anda mengisinya dengan sebuah keyakinan pula. Jangan menonton bola dengan “kekosongan”, dengan gaya seorang pengamat yang sok objektif menganalisis kelebihan dan kekurangan sebuah kesebelasan. Sebab, itu akan membuat Anda kehilangan passion. Anda harus “‘menjagoi” (baca: meyakini) sesuatu. Anda bisa menjagoi satu kesebelasan yang Anda cintai dan menjadi pilihan hati nurani. Bisa juga Anda meyakini nilai atau etika tertentu. Bukan untuk menjadi fanatik. Tetapi untuk merasakan bagaimana bola bundar, nasib itu menggelinding di lapangan. Dengan begitu, siapa tahu, ketika jiwa Anda merasakan kekosongan yang sangat karena bosan dengan retorika seputar Tuhan, Anda akan bisa kembali merasakan kehadiran-Nya.

Tuhan menyukai keindahan. Dengan keindahan bola kita bisa merasakan kehadiran Tuhan. Yang jelas, Tuhan tak akan kita temukan di Lapangan Monas yang beringas. (*)

*) Cerpenis, esais, dan penulis naskah teater: Sarimin, Sidang Susilo, dll. Penggemar berat Manchester United. Tinggal di Jogja.